Founders pasti sudah mendengar kabar soal tutupnya toko buku legendaris, Gunung Agung, kan? Sebelum menutup sebagian besar gerainya, toko buku ini dikabarkan terus mengalami kerugian besar.
Kerugian itu dimulai sejak pandemi COVID-19. Manajemen toko pun mengaku sudah berupaya melakukan efisiensi, namun kerugian tetap semakin besar. Alhasil nggak ada pilihan lain, selain menutup seluruh tokonya di sejumlah kota.
Selain Gunung Agung, beberapa toko buku seperti Books and Beyond dan Togamas cabang Solo juga diketahui gulung tikar lebih dulu.
Apa Penyebabnya?
Perubahan perilaku konsumen di era digital disinyalir menjadi penyebab banyaknya toko buku yang sepi hingga gulung tikar.
Saat ini, kemunculan e-book dan platform online membuat masyarakat lebih memilih untuk mengunduh atau membaca buku melalui perangkat elektronik. Selain itu, pembelian buku yang bisa dilakukan dari rumah juga telah mengakibatkan penurunan penjualan di toko buku offline.
Kalau dilihat-lihat, platform daring seperti Shopee dan Tokopedia, sih, memang menawarkan beragam pilihan buku dengan harga yang kompetitif. Dengan kecanggihannya, belanja buku online bisa memberikan banyak keuntungan, salah satunya melalui fitur ulasan pengguna.
Nggak hanya faktor konsumen, banyaknya toko buku gulung tikar juga dapat disebabkan oleh meningkatnya biaya sewa dan operasional. Dengan kenaikan biaya ini, ditambah penurunan penjualan, tentu memberikan tekanan keuangan pada toko buku offline.
Bagaimana Solusinya?
Buat Founders yang mau membuka toko buku, jangan khawatir! Ada banyak cara untuk membuat toko kalian tetap eksis. Kuncinya adalah inovasi dalam menyiasati perubahan gaya hidup masyarakat saat ini.
Nggak cuma menjual buku, kalian juga bisa menjajakan berbagai produk ritel lainnya sebagai pemasukan tambahan. Namun, inovasi tersebut sifatnya cuma sementara alias nggak sustainable karena space buku yang makin tergerus.
Solusi yang kedua, kalian bisa membuat toko buku berkonsep retailtainment, yakni menggabungkannya dengan coffee shop, workspace, dan lainnya.
Selanjutnya, kalian juga dapat menciptakan ekosistem perbukuan lewat komunitas baca, Dengan begini, toko buku akan punya daya tarik tersendiri. Apalagi kalau rutin diadakan pertemuan semacam forum diskusi, temu penulis, maupun peluncuran buku.
Baca juga: Belajar 5 Prinsip Jualan dari Buku Anak Dr. Seuss