Perbedaan generasi menjadi salah satu silang balik dalam pemikiran yang dapat menciptakan perbedaan. Dalam dunia bisnis, banyaknya teori yang ada tidak menjamin setiap teori dapat berhasil digunakan oleh setiap generasi yang berbeda. Seperti pada Generasi Milenial dan Gen Z, dimana mereka merupakan jiwa muda yang memiliki karakter khas, contohnya dengan menjadi seseorang yang tidak mudah puas menghasilkan banyak sisi baik dan positif yang tercipta. Selain banyaknya terobosan dan inovasi di masa kini, Generasi Milenial dan Gen Z juga menjadi salah satu acuan dalam menjadi target market dari setiap bisnis yang ada, sehingga menghasilkan suatu perubahan yang lebih besar dan tentunya tetap menghargai pergeseran yang ada dan lebih berbasis kesetaraan serta berjiwa bebas dari kekuasaan hierarki yang kaku sedari dulu kala.
Dalam dunia marketing pasti strategi pemasaran 5P sudah sangat umum dipelajari dan didengar oleh para marketers. Namun, Generasi Milenial dan Gen Z memiliki pandangan yang berbeda mengenai strategi pemasaran yang berhasil terhubung dengan mereka. Umumnya teori 5P terdiri dari Product (produk), Price (harga), Place (tempat), Promotion (promosi), dan People (orang). Chief Digital Officer global McCann Worldgroup, Sean MacDonald memaparkan ada strategi pemasaran baru yang lebih cocok untuk dapat terhubung dengan sifat Generasi Milenial dan Gen Z.
4P Sean MacDonald
1. Purpose (Tujuan)
Generasi Milenial dan Gen Z merupakan generasi yang memiliki kepekaan lebih tinggi dalam memandang suatu merek yang ‘mengiklankan’ produk berdasarkan cerita dan nilai-nilai masyarakat. Misalnya, Somethinc, sebuah brand perawatan diri (Skincare) asal Indonesia yang memiliki value untuk menjadi solusi kepada seluruh konsumen dengan berbagai macam kebutuhan yang dimiliki. Somethinc mengadakan campaign ‘Celebrate Your True Self’ dalam rangka launching produk baru berupa cushion yang memiliki 15 shades yang disesuaikan dengan warna kulit masyarakat Indonesia. Dalam campaign ini, Somethinc juga melakukan no labeling dalam gender.
2. Positioning
Mengacu pada pola pikir yang berorientasi dengan pengalaman, ‘konteks’ menjadi salah satu hal penting bagi Generasi Milenial dan Gen Z karena mereka cenderung lebih fokus pada pengalaman yang mengubah hidup dan pandangan terhadap banyak hal. Seperti contohnya brand Compass, sebuah merek sepatu lokal yang akhirnya memiliki pandangan eksklusif pada pecinta sneakers, sampai mereka rela untuk antre dan menginap sehari sebelum sepatu tersebut diluncurkan. Compass berhasil memposisikan brand mereka secara eksklusif dan limited, sehingga customer akan merasa eksklusif ketika memakai produk Compass.
3. Personalized (Personalisasi)
Di usia yang masih muda, Generasi Milenial dan Gen Z lebih mengincar hal yang membuat mereka merasa lebih ‘personal’ dan ada sesuatu yang bisa mereka capai. Produk itu harus punya ‘identitas’ sendiri agar bisa klop dengan pemikiran anak muda. Contohnya brand Voyej, sebuah brand lokal yang memberikan opsi untuk engrave nama pada setiap produk yang dibeli. Terlebih dari itu, Voyej juga menawarkan suatu experience dalam pemakaian produknya. Produk dari Voyej memiliki sifat kulit yang ‘dapat berubah’ seiring dengan pemakaian, sehingga setiap dent menjadi ciri khas dompet sang pemilik. Penawaran unik seperti ini yang dapat menarik perhatian generasi muda seolah mereka memiliki pemikiran bahwa mereka ‘spesial’, mereka ‘joining the hype’ dan berharap dengan elemen tersebut dan dapat menciptakan hubungan jangka panjang dengan konsumen khususnya generasi muda.
4. Partnerships (Kemitraan)
Kemitraan berbicara mengenai produk yang digemari oleh Generasi Milenial dan Gen Z yang bekerja sama dengan artis favorit masa kini. Saat projek kemitraan atau kolaborasi berjalan, ada potensi perluasan basis customer yang dapat terjadi. Contohnya, brand Baso Aci Akang yang bekerjasama dengan salah satu KOL ternama, yaitu Arief Muhammad dan juga salah satu grup Band Laleilmanino, yang membuat suatu media promosi berupa lagu dengan tujuan memperluas customer base mereka. Perusahaan yang terbuka dan aktif melalui kemitraan dan kerjasama dengan pihak lain akan mengalami peningkatan citra dan sales produk perusahaan serta memperluas basis konsumen mereka ke audiens yang sebelumnya mungkin berada diluar jangkauan, namun berkat adanya project partnerships dapat memperluas pasar dan audiens dapat dijangkau.
Selera dari Generasi Milenial dan Gen Z mungkin terkadang sulit dipahami hingga sulit untuk dijangkau, namun pada kenyataannya generasi mereka dapat dicapai dan diakses jika menggunakan cara yang kreatif dan tidak terpaku pada satu strategi pemasaran yang efektif, namun juga terjun ke lapangan dan melihat “apa yang sedang ada?”, “apa yang lagi trend?”, “apa yang sedang dicari?” dan mengembangkan model strategi pemasaran yang sekiranya mendekati dan dapat dikembangkan sesuai dengan generasi masa kini agar tetap terhubung dan generasi muda dapat selalu dijangkau.
So Founders, bukan menghilangkan teori yang ada tetapi mengembangkannya agar dapat disesuaikan dengan generasi dan zaman yang terus berkembang ya! Teori 4P diatas adalah strategi pemasaran yang relatable terhadap generasi millenial dan Gen Z menurut Sean MacDonald. Semoga bermanfaat!
Baca juga: A Tad Insight of Millennials (Consumer) Behaviour
Wah keren banget artikelnya. Sangat bermanfaat. Thanks Teman StartUp atas sharingnya ✨