Siapa,sih, yang nggak suka belanja? Kalau duitnya banyak, belanja di mana saja, dan kapan saja bakal semakin didukung dengan perkembangan teknologi saat ini.
Selain belanja lewat platform online atau dikenal e-commerce, masyarakat kini juga bisa berbelanja lewat media sosial. Fenomena ini kemudian disebut sebagai Social commerce.
Menurut DSInnovate, pasar social commerce di Indonesia tahun 2022 mencapai $8,6 miliar USD. Angka ini diperkirakan bakal terus tumbuh dengan pertumbuhan tahunan sekitar 55%. Lalu di tahun 2028 nanti, pasar social commerce diproyeksikan bisa menyebut $86,7 miliar USD.
Social commerce bisa diartikan sebagai platform media sosial yang menyediakan fitur untuk transaksi. Nah, kalau di Indonesia sendiri sekarang ini Social commerce hanya di TikTok.
Berdasarkan model transaksinya, social commerce terbagi menjadi dua, yakni on platform transaksi yang dilakukan di atas platform seperti TikTok, dan transaksi via bank transfer atau lainnya seperti Instagram, Facebook, dan WhatsApp.
Secara global, transaksi social commerce diperkirakan tumbuh tiga kali lebih cepat dibandingkan transaksi konvensional, dan akan mencapai $1,2 triliun USD pada tahun 2025. Angka ini naik sebesar $492 miliar USD dari tahun 2022.
Sekitar 62% pertumbuhan social commerce didorong oleh generasi milenial (33%), Gen-Z (29%), Gen-X (28%), dan babu bomber (28%). Kalau dilihat secara keseluruhan, social commerce sepertinya bakal siap mengambil sebagian besar pasar e-commerce, dong!
Meski belakangan ini semakin populer, keamanan transaksi di Social commerce masih dipertanyakan, Founders! Berbeda dengan marketplace seperti Shopee maupun Tokopedia yang diawasi pihak ketiga, transaksi di Social commerce bisa dikatakan cukup rawan penipuan. So, tetap berhati-hati saat bertransaksi di media sosial, ya!
Baca juga: Transaksi Besar di E-Commerce Akan dikenai Bea Materai Rp 10 ribu