Apa jadinya kalau kalian sedang berjalan di public space lalu kalian nemu sebuah ad yang berbunyi “Fat C*n’t” tertulis besar di pinggir jalan? Ter-trigger? Atau biasa aja?
Emang campaign dari Fat Lad At The Back, brand cycling asal Inggris ini menuai kontroversi dan jadi banyak dibicarain. Pasalnya, campaign ini menggunakan atau menyerempet penggunaaan “C-word” yang dinilai kasar banget untuk orang Inggris.
Pada poster simple yang bertuliskan “Fat C*n’t, Actually Fat Can”, mungkin yang dimaksud adalah kata-kata “can’t” yang berarti tidak bisa. Tapi secara ga langsung juga hinting ke penggunaan C-word ini.
Terus untuk apa Fat Lad At The Back “ngata-ngatain” orang-orang yang ngeliat iklannya ini? Apa tujuannya?
Jadi Fat Lad At The Back ini adalah brand cycling yang khusus menyediakan apparel untuk para pria dan wanita yang “berukuran plus”. Misinya sendiri adalah untuk membuat cycling communities menjadi lebih inklusif. Maksudnya?
Tujuan dari campaign ini ternyata adalah untuk men-tackle statement kalau orang gemuk sebaiknya tidak cocok untuk bergabung dalam olahraga bersepeda, tidak fit dan simply tidak cocok bersepeda.
Penggunaan C-word ini emang pilihan yang kontroversial tapi dinilai dapat menarik perhatian publik kepada isu ini. Fat Lad At The Back mau nunjukin kalau society yang selama ini masih menggunakan kata “gendut” sebagai sebuah cacian, and it’s not an okay thing to do.
Selain itu juga masih banyaknya cacian di konten media sosial Fat Lad At The Back yang ditujukan kepada model apparel ini only provide more proof bahwa publik masih kurang aware terhadap isu ini.
Campaign “Fat C*n’t” ini adalah bentuk nyata dari perlawanan Fat Lad At The Back terhadap abuse yang diterima oleh para plus sized people dalam dunia cycling.