Prestige pricing strategy
Prestige pricing merupakan strategi penetapan tingkat harga yang tinggi sehingga konsumen yang peduli dengan ‘status’ akan tertarik dengan produk dan berakhir untuk membelinya.
Prestige pricing juga merupakan strategi penetapan harga fisiologis yang ditetapkan oleh perusahaan untuk produk mewah dengan harapan pelanggan kelas atas akan membayar harga tinggi untuk produk tersebut dengan imbalan kualitas tinggi.
Kategori bisnis yang sering dikaitkan dengan prestige pricing antara lain seperti fashion, teknologi, parfum, hingga kendaraan. Harga dapat digunakan oleh pelanggan sebagai ukuran kualitas atau prestise suatu barang maupun jasa. Dengan demikian, bila harga diturunkan sampai tingkat tertentu, maka permintaan terhadap produk tersebut akan turun.
Berikut adalah beberapa brand yang menggunakan prestige pricing strategy dan telah sukses menjadi lifestyle di masa kini!
1. Apple
Apple merupakan salah satu contoh paling umum yang menunjukkan konsep harga prestige. Apple telah menunjukkan bahwa dengan menetapkan harga produk lebih tinggi dari pesaing mereka dan memiliki identitas merek yang kuat, mereka juga dapat meningkatkan keuntungan.
2. Nike
Nike dapat menjadi contoh sempurna untuk perusahaan yang secara efektif menggunakan penetapan harga prestise dimana pembeli lebih menghargai merek Nike lebih dari fungsi atau kualitas produk yang sebenarnya.
Nike menetapkan harga untuk produk berdasarkan citranya. Mereka menggunakan atlet-atlet terkenal seperti selebriti endorser Michael Jordan dan Serena Williams untuk memakai produk Nike. Ada banyak produsen sepatu yang menawarkan kualitas yang sama dengan harga yang lebih murah, tetapi Nike dianggap oleh banyak orang sebagai salah satu merek bergengsi, sehingga konsumen tidak keberatan untuk merogoh kocek lebih banyak.
3. Tom Ford
Penetapan harga prestise memiliki kehadiran yang signifikan dalam industri fashion, seperti brand Tom Ford. Diibaratkan harga satu kemeja merek Tom Ford seharga $440 dimana H&M hanya menjualnya dengan harga $6.99, namun pembeli masih ingin merogoh kocek untuk membeli brand Tom Ford meskipun brand lain juga memproduksinya.
Konsumen yang membeli kemeja Tom Ford seharga $440 tidak membeli kemeja itu karena fungsi tetapi mereka membeli value.
Hal tersebut juga berkaitan dengan status. Dalam membeli kemeja Tom Ford, konsumen menunjukkan bahwa mereka memiliki sarana untuk membelanjakan lebih dari $400 untuk sesuatu yang kebanyakan orang akan beli dengan harga kurang dari $20. Ini memproyeksikan sebuah citra — citra yang ditentukan oleh kekayaan, kelas, dan prestise.
4. Lululemon
Lululemon merupakan salah satu merek apparel olahraga yang menggunakan strategi penetapan harga prestise. Alih-alih memotong biaya dan membuat produk berkualitas lebih rendah, Lululemon justru menambahkan fitur tambahan seperti tali yang dapat disesuaikan dan kantong wanita untuk membedakan diri dari pesaing serta membantu target pasar dalam hal pengeluaran.
Dengan begitu, Lululemon berhasil membangun citra yang bergengsi dan eksklusif dalam kategori produk.
5. Tex Saverio
Salah satu brand lokal ternama, Tex Saverio yang didirikan oleh Tex Saverio, seorang desainer muda asal Jakarta, Indonesia yang karyanya telah dikenal hingga dunia internasional. Brand yang mulai melejit sejak salah satu koleksi gaun musim seminya mendadak muncul di Harper’s Bazaar AS yang dikenakan oleh Lady Gaga.
Tidak hanya satu artis papan atas, gaun hasil tangan ajaibnya juga pernah dikenakan oleh Kim Kardashian, Jennifer Lopez, hingga Jennifer Lawrence.
Dengan brand yang Go International, Tex Saverio dapat menetapkan harga yang lebih tinggi dan dapat meyakinkan pelanggan bahwa ada nilai tambah untuk harga yang mereka bayar.
So Founders, 5 brand di atas dapat menjadi contoh dan acuan bahwa strategi prestige pricing juga dapat menghasilkan banyak benefit jika target market yang dituju tepat.
Jika pelanggan menghargai citra merek suatu bisnis dan fitur produk bisnis tersebut dibandingkan dengan pesaing, maka penetapan harga prestise bisa saja membantu menangkap nilai terlepas dari biaya produksi atau kualitas produk.
Baca juga: Belajar Branding Strategy ala Patagonia!