Ada sebuah cerita yang mengharukan sekaligus menghangatkan hati yang terjadi di Korea Selatan pada akhir bulan Februari kemarin. Pasalnya, ada seorang owner dari salah satu restoran ayam yaitu Cheolin 7 Chicken yang mengunggah secarik kertas di media sosial instagramnya yang ditulis dan dikirimkan tanpa nama. Surat yang ditulis dengan tinta hitam itu bercerita tentang momen seorang siswa laki-laki berumur 18 tahun yang tinggal di Mangwon-dong, Mapo-gu bersama dengan nenek dan adik laki-laki kecilnya yang berumur 7 tahun semenjak orangtuanya meninggal saat dia kecil.
Dia bercerita bagaimana sulitnya menjalani hidup sehari-hari karena dampak dari COVID-19 tahun lalu hingga dia harus diberhentikan dari pekerjaan paruh waktunya di sebuah restoran Tonkatsu. Dengan pantang menyerah, anak itu terus mencari pekerjaan di tengah sulitnya keadaan bahkan dia menjadi kurir dengan berdalih umur demi untuk mencari penghasilan bagi keluarga kecilnya. Bahkan di titik tersulit pun dia masih sempat untuk bersyukur karena paling tidak dia dan keluarganya tidak kelaparan.
Cerita dimulai dari suatu hari, adik kecilnya pulang ke rumah dan ia berkata ingin makan ayam goreng. Meskipun tidak tega, dia harus memberikan pengertian kepada adiknya yang meronta-ronta hingga menangis yang tentu sangat menyakitkan hati melihat dia memohon hanya karena sangat ingin makan ayam goreng. Akhirnya, dengan berbekal uang $5, mereka pergi ke beberapa restoran ayam goreng dekat rumah mereka. Dengan $5 yang mereka punya, mereka ditolak mentah-mentah untuk membeli ayam goreng oleh setiap restoran yang mereka datangi.
Di perjalanan, mereka melihat restoran ayam Cheolin 7 Chicken. Disaat mereka bimbang, owner dari Cheolin 7 Chicken melihat dan menyuruh mereka untuk masuk. Siswa tersebut menceritakan situasinya, owner tersebut menyuruh mereka untuk duduk dan memberi mereka set ayam goreng. Siswa tersebut merasa segan karena dia hanya memiliki $5 dan ayam yang diberikan terlalu banyak untuk harga $5. Tapi sang owner malah berkata “cepat dimakan, selagi masih panas” lalu memberikan 2 botol soda. Awalnya siswa itu merasa khawatir karena takut disuruh bayar lebih, namun karena melihat betapa bahagia adik kecilnya itu, dia lupakan hal itu dan makan bersama adiknya.
Saat mereka selesai makan, pelajar berumur 18 tahun itu mulai menghitung berapa yang harus mereka bayar sampai ada pemikiran untuk kabur bersama adiknya. Namun disaat sedang bertarung dengan pikirannya, owner dari Cheolin 7 Chicken malah bertanya “apakah kalian menikmati makanannya?” sambil tersenyum lebar. Tidak seperti penampilannya, owner tersebut seperti laki-laki yang penuh kasih sayang dan setiap kata yang terucap sangat menghangatkan hati.
Dengan menolak $5 yang siswa itu berikan, owner memberikan mereka permen dan menyuruh mereka untuk pulang. Namun, siswa tersebut merasa tidak enak dan kembali keesokkan harinya untuk bayar tetapi owner tersebut tetap menolak. Bahkan setelah setahun lamanya, siswa laki-laki itu masih mengingat dengan jelas kehangatan yang diberikan oleh owner dari restoran Cheolin 7 Chicken tersebut.
Lalu, sang kakak baru mengetahui bahwa ternyata adik laki-lakinya memiliki kartu nama dari owner tersebut dan adiknya diam-diam mengunjungi owner itu dan membawanya untuk makan ayam goreng kesukaannya. Pada akhirnya, sang kakak menghukum adiknya dan memberitahu bahwa dia tidak boleh melakukan hal itu lagi.
Suatu hari dia dengan terheran melihat adiknya pulang dengan tatanan rambut yang rapi, yang ternyata lagi-lagi itu perbuatan baik dari owner Cheolin 7 Chicken. Sejak saat itu, siswa tersebut merasa tidak enak dan sangat malu hingga tidak bisa menghadap sang owner. Namun karena adanya berita mengenai para entrepreneur yang sedang menghadapi masa-masa sulit, siswa itu merasa khawatir bagaimana keadaan si owner Cheolin 7 Chicken tersebut.
Singkat cerita dalam surat itu, siswa tersebut memberi tahu bahwa dia sangat bersyukur karena sang owner telah memberikan ayam goreng dan berperilaku sangat baik kepada orang asing. Siswa itu berkata, saat dewasa nanti dan menghasilkan banyak uang ia ingin menjadi orang baik yang menolong orang yang membutuhkan seperti di posisi dia saat itu. Intinya dia sangat berterima kasih kepada owner tersebut.
Tanpa diduga, postingan surat itu viral dan restoran Cheolin 7 Chicken itu menjadi pusat perhatian nasional. Orderan melimpah di seluruh negara. Bahkan banyak pelanggan yang seakan-akan memesan tetapi hanya membayar sebagai hadiah, sampai ada yang meninggalkan kado serta amplop uang. CEO dari Cheolin 7 Chicken akhirnya memutuskan untuk memberikan beasiswa kepada siswa tersebut. CEO nya sangat bersyukur memiliki pemilik franchise yang sangat baik hati.
Saat di interview, sang owner bercerita di hari itu tidak ada pelanggan sehingga dia keluar untuk melihat langit malam. Lalu, dia melihat seorang anak laki-laki kecil yang menangis dan berteriak ‘mau makan ayam goreng!’ kepada kakak laki-lakinya. Sang owner langsung mengerti keadaannya dan langsung menyambut kakak beradik itu dengan tangan terbuka. Tentu perlakuan itu mendapat simpati penuh satu negara. Sampai akhirnya, seseorang melihat kakaknya memposting di salah satu youtube, bahwa dia menolak seluruh niat baik yang diberikan untuknya karena kebutuhan pokoknya sudah terpenuhi dengan baik oleh pusat kesejahteraan. Orang-orang tidak hanya memuji perbuatan baik dari si owner tetapi juga siswa laki-laki berumur 18 tahun yang memiliki sikap dewasa di usianya yang masih belia. Mereka berharap siswa tersebut dapat menjadi orang yang dapat bekerja dengan baik di masa depan. Dalam dunia egois yang haus akan uang, cerita ini membuat banyak orang merenung.
Apa pelajaran yang bisa kita dapati dari cerita The Kindness of Cheolin 7 Chicken’s Owner?
So Founders, yang dapat kita pelajari dari owner Cheolin 7 Chicken adalah berbuat baiklah dalam hal apapun. Berbuat baik tanpa mempertimbangkan apa yang akan didapat nantinya. Karena dari cerita diatas, kita bisa melihat bahwa saat sang owner menyambut kakak beradik tersebut, dia tidak mengharapkan hal baik yang lebih besar terjadi di hidupnya. Itu namanya ketulusan seseorang terhadap sesama. Kita harus mencontoh setinggi apapun jabatan kita, tetap terapkan sikap ‘ramah’ kepada siapapun agar bisa menjadi teladan untuk lingkungan sekitar juga.
Tahun-tahun ini menjadi tahun terberat bagi kita semua, tetapi kebaikan, harapan, kasih sayang tidak membutuhkan biaya apapun, yang tentunya kita semua mampu dan tentu bisa melakukannya. Tinggal mau atau tidaknya saja 🙂