Bangkitnya Tiktok sebagai sebuah media pada akhir 2019 hingga awal 2020 telah merubah cara manusia menggunakan media sosial dan search engine. Setidaknya di kalangan Gen-Z.
Generasi ini sangat sering dikaitkan dengan Tiktok. Mulai dari konten hingga pembuat konten, mayoritas diciptakan oleh Gen-Z dan untuk Gen-Z. Namun, ada sebuah fakta unik. Kini Gen-Z lebih suka untuk browsing menggunakan Tiktok daripada Google dan bahkan Instagram.
Berdasarkan sebuah studi yang dilakukan di Amerika Serikat, kini 40% dari Gen-Z lebih suka menggunakan Tiktok sebagai search engine diabndingkan Google dan Instagram.
Mungkin akan muncul pertanyaan di benak kita, “kok bisa?”, “gimana caranya?, “kenapa?” dan seterusnya.
Jawabannya adalah relevansi. Jadi apakah hasil search yang dilakukan di Google kalah relevan dengan Tiktok? Justru tidak. Justru karena hasil pencarian yang “kurang relevan” dan tidak 100% exact inilah yang menarik Gen-Z untuk menggunakan Tiktok.
Sebagai contohnya nih, jika kita melakukan pencarian dengan keyword “korea” di Tiktok dan Google akan menghasilkan hasil pencarian yang berbeda. Hasil pencarian di Tiktok akan memunculkan hasil pencarian yang relevan dengan Korea, seperti lagu, orang, hingga live event yang disesuaikan dengan apa yang dilihat dan disukai oleh user. Sementara jika di Google akan menghasilkan hasil yang benar-benar exact seperti letak, situs pemerintah dan lainnya.
Sebagai Brand Gimana Cara Manfaatinnya?
Hal yang paling mendasar yang perlu dilakukan adalah: jangan berpikir seperti penjual/brand, posisikan diri sebagai seorang konsumen. Jadi sebagai sebuah brand, kalian harus mampu menunjukkan human side kalian.
Berinteraksi dengan user dan bangun sebuah personality yang dapat relate dengan user dan konsumen. Tapi perhatikan juga target konsumen kalian, cara berbicaranya, apa yang suka dilihat, gaya berpakaiannya, selera humornya dan seterusnya.
Selain itu juga jangan lupa untuk selalu up to date dengan event-event yang sedang terjadi
Alasannya adalah dengan begitu brand kalian akan dilihat sebagai sebuah individu yang relatable untuk mereka. Sedangkan untuk konten-konten yang up to date akan muncul ketika sebuah pencarian dilakukan dan relevansi sangat diutamakan.
Gen-Z menggunakan Tiktok sebagai search engine ketika mereka membutuhkan discovery, seperti “kost jakarta”, “cafe kekinian, “ootd nonton basket” dan seterusnya. Sementara Google dan Instagram tetap digunakan ketika Gen Z butuh validasi, seperti “berapa umur Tom Holland”, “GDP Indonesia 2020”, “kapan rilis film Avengers” dan seterusnya.
Baca juga: Cara ‘Hacking’ Algoritma TikTok!