Baru-baru ini, satu per satu pabrik di Jakarta dikabarkan tutup. Fenomena mengerikan ini bahkan sampai membuat Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) turun tangan.
Dalam pengamatannya, banyak pabrik di kawasan industri dan kawasan berikat kini kosong ditinggalkan sang pemilik. Kondisi yang terlihat saat ini dikatakan mirip gunung es, di mana yang tampak tidak menunjukkan kondisi sebenarnya yang lebih parah.
Kira-kira, apa penyebab pabrik-pabrik ini tutup, ya?
Tutupnya pabrik-pabrik di Jakarta nggak lepas dari efek domino pandemi COVID-19. Apalagi ini semakin diperparah dengan perang Rusia dan Ukraina.
Banyak perusahaan nggak bisa bertahan karena tidak punya lagi modal yang cukup. Dana cadangan yang dimilikinya selama ini, bisa jadi mengering akibat digunakan untuk kebutuhan biaya selama pandemi.
Perusahaan yang tutup kemungkinan besar tidak bisa membayar bahan baku karena barang yang diproduksi tidak terjual, lalu berujung rusak di gudang. Kalau sudah begini, BEP pun tidak akan tercapai, Founders!
Sebelum tutup, ratusan pabrik di wilayah Jakarta beberapa waktu lalu ramai dijual. Hal ini terpantau dari aktivitas agen-agen penjualan properti ternama dalam situs rumah123.
Salah satu pabrik yang tengah ditawarkan adalah ex-pabrik garmen di Jakarta Barat. Dengan luas tanah 1.874 m2 dan luas bangunan 1.191 m2 seharga Rp 17 miliar.
Anjloknya permintaan di pasar tujuan ekspor, seperti AS dan Eropa akibat inflasi yang memanas disinyalir menjadi penyebab mandeknya pabrik-pabrik tersebut.
Selain pemilik, fenomena pabrik tutup tentu juga membawa dampak buruk bagi para pekerjanya. Gelombang PHK pun diprediksi masih akan berlanjut hingga tahun ini.
Baca juga: Teknologi Artificial Intelligence untuk Atasi Kemacetan Jakarta